Pilindavaccha Thera mempunyai cara yang kurang sopan dalam menegur orang. Ia sering berkata, “Kemari, kamu orang sial”, atau “Kesana, kamu orang sial”, dan hal-hal lain seperti itu. Para bhikkhu yang lain melaporkan tentang hal itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengundangnya, dan berbicara kepadanya tentang masalah itu. Kemudian dalam refleksi batin Sang Buddha, Beliau mengetahui bahwa sepanjang lima ratus kehidupannya yang lampau, sang thera selalu dilahirkan hanya dalam lingkungan keluarga brahmana, yang menghormati diri mereka sendiri sebagai yang terbaik di antara orang lain.
Maka Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu! Vaccha Thera menegur orang lain sebagai ‘orang sial’ hanya karena kekuatan kebiasaan yang diperoleh dalam masa lima ratus kelahirannya sebagai seorang brahmana, dan bukan karena kebencian. Ia tidak mempunyai maksud untuk melukai orang lain, karena seorang arahat tidak melakukan kejahatan kepada yang lain.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 408 berikut: Seseorang yang mengucapkan kata-kata halus, yang mengandung Ajaran Kebenaran, yang tidak menyinggung siapapun juga, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
Maka Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu! Vaccha Thera menegur orang lain sebagai ‘orang sial’ hanya karena kekuatan kebiasaan yang diperoleh dalam masa lima ratus kelahirannya sebagai seorang brahmana, dan bukan karena kebencian. Ia tidak mempunyai maksud untuk melukai orang lain, karena seorang arahat tidak melakukan kejahatan kepada yang lain.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 408 berikut: Seseorang yang mengucapkan kata-kata halus, yang mengandung Ajaran Kebenaran, yang tidak menyinggung siapapun juga, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
0 Komentar:
Posting Komentar