Senin, 17 Desember 2012

Dhammapada XXVI : 406 - Kisah Empat Samanera

 on  with No comments 
In ,  
Suatu ketika, istri dari seorang brahmana menyuruh suaminya pergi ke Vihara Jetavana untuk mengundang empat orang bhikkhu guna menerima dana makanan di rumah mereka. Ia memberitahu suaminya untuk khusus meminta para bhikkhu senior yang juga benar-benar brahmana asli. Tetapi empat samanera arahat berusia tujuh tahun, Samkicca, Pandita, Sopaka, dan Revata yang diutus ikut bersamanya. Ketika istrinya melihat para samanera muda tersebut, ia menjadi tidak puas dan menyalahkan sang brahmana karena membawa samanera muda bahkan lebih muda daripada cucu laki-lakinya. Ia marah kepada suaminya, dan ia menyuruh suaminya kembali ke Vihara untuk mengajak bhikkhu yang lebih tua.

Dalam hal itu ia tidak memberikan tempat duduk lebih tinggi yang telah disiapkan bagi para bhikkhu. Mereka diberikan tempat duduk yang lebih rendah dan ia tidak memberi dana makanan kepada para samanera muda itu. Ketika sang brahmana tiba di vihara, ia menemui Y.A. Sariputta dan mengundangnya datang ke rumahnya. Ketika Y.A. Sariputta tiba di rumah sang brahmana, ia melihat empat samanera arahat yang masih muda dan bertanya kepada mereka apakah mereka telah menerima dana makanan atau belum. Karena mengetahui bahwa para samanera arahat belum diberi dana makanan dan juga bahwa makanan telah disediakan hanya untuk empat orang, Y.A. Sariputta pulang kembali ke vihara tanpa menerima dana makanan dari rumah sang brahmana tadi. Melihat hal itu, sang istri menyuruh sang suami kembali ke vihara untuk mengajak bhikkhu senior yang lain.

Kali ini, Y.A. Maha Moggallana datang bersama sang brahmana, tetapi ia juga pulang kembali ke vihara tanpa menerima dana makanan ketika beliau mengetahui bahwa para samanera muda tidak diberi dana makanan, dan juga bahwa makanan telah disediakan hanya untuk empat orang. Pada saat itu, para samanera sedang merasa lapar. Sakka, Raja Dewa, melihat hal ini, merubah dirinya menjadi seorang brahmana tua dan datang ke rumah tersebut. Sang brahmana dan istrinya memberi hormat kepada brahmana tua itu dan memberinya sebuah tempat duduk kehormatan, tetapi Sakka hanya duduk di tanah/lantai dan memberi hormat kepada empat samanera tersebut. Kemudian ia menyatakan dirinya bahwa ia adalah Sakka. Melihat bahwa Sakka sendiri memberi hormat kepada para samanera muda itu, sepasang brahmana tersebut memberikan dana makanan kepada mereka berlima.

Setelah selesai makan, Sakka dan para samanera menunjukkan kemampuan batin luar biasa mereka dengan terbang ke angkasa menerobos atap rumah. Sakka kembali ke tempat kediamannya di alam dewa, para samanera kembali ke vihara. Ketika para bhikkhu yang lain bertanya kepada para samanera apakah mereka tidak marah ketika sepasang brahmana tersebut menolak untuk memberikan dana makanan kepada mereka, mereka menjawab, tidak. Para bhikkhu karena tidak percaya kepada mereka, lalu memberi tahu kepada Sang Buddha bahwa keempat samanera telah dengan cara seperti itu menegaskan dirinya sebagai arahat.

Kepada mereka Sang Buddha berkata, “Para bhikkhu, para arahat tidak lagi memiliki kebencian kepada mereka yang memusuhi mereka.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 406 berikut: Orang yang tidak membenci di antara mereka yang membenci; damai di antara mereka yang kejam; dan tidak melekat di antara yang melekat, maka ia Kusebut ‘brahmana’
Share:

0 Komentar:

Posting Komentar