Suatu ketika seorang bhikkhu murid Sang Buddha berteman akrab dengan pengikut Devadatta. Ia sering berkunjung dan tinggal selama beberapa hari di vihara tempat Devadatta berdiam. Bhikkhu-bhikkhu lain melaporkan hal itu kepada Sang Buddha, bahwa terdapat seorang bhikkhu murid Sang Buddha yang bergaul akrab dengan pengikut-pengikut Devadatta, sehingga ia sering berkunjung, bahkan menginap beberapa hari, makan, tidur, dan menikmati berbagai fasilitas yang terdapat pada vihara milik Devadatta. Sang Buddha mengundang bhikkhu itu, dan meminta keterangan darinya.
Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau telah mendengar berita tentang kelakuan bhikkhu tersebut apakah berita itu benar. Bhikkhu itu mengakui bahwa ia telah berdiam beberapa hari di vihara milik Devadatta, tetapi ia berkata kepada Sang Buddha bahwa ia tidak mengikuti ajaran Devadatta. Kemudian Sang Buddha menegur dan menunjukkan bahwa apa yang bhikkhu itu lakukan sesungguhnya membuat ia menjadi seperti pengikut Devadatta.
Kepada Bhikkhu itu Sang Buddha mengatakan: “Anak-Ku, meskipun engkau tidak mengikuti ajaran Devadatta, tetapi engakau memperlakukan dirimu seperti salah satu pengikut Devadatta. Seorang bhikkhu hendaknya puas dengan apa yang telah diperolehnya, dan jangan iri hati terhadap apa yang diperoleh orang lain. Seorang bhikkhu yang penuh dengan kecemburuan pada perolehan bhikkhu lain tidak akan mencapai pemusatan batin dan pandangan terang, atau jalan menuju ‘Kebebasan Mutlak’ (nibbana). Hanya bhikkhu yang puas dengan apa yang telah ia peroleh akan mendapatkan pemusatan pikiran, pandangan terang, dan jalan menuju ‘Kebebasan Mutlak’.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 365 dan 366 berikut: Hendaklah ia tidak mencela apa yang telah ia peroleh, juga hendaklah ia tidak merasa iri terhadapapa yang telah diperoleh orang lain. Seorang bhikkhu yang merasa iri terhadapapa yang diperoleh orang lain, tidak akan dapat mencapai perkembangan dalam semadi.
Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau telah mendengar berita tentang kelakuan bhikkhu tersebut apakah berita itu benar. Bhikkhu itu mengakui bahwa ia telah berdiam beberapa hari di vihara milik Devadatta, tetapi ia berkata kepada Sang Buddha bahwa ia tidak mengikuti ajaran Devadatta. Kemudian Sang Buddha menegur dan menunjukkan bahwa apa yang bhikkhu itu lakukan sesungguhnya membuat ia menjadi seperti pengikut Devadatta.
Kepada Bhikkhu itu Sang Buddha mengatakan: “Anak-Ku, meskipun engkau tidak mengikuti ajaran Devadatta, tetapi engakau memperlakukan dirimu seperti salah satu pengikut Devadatta. Seorang bhikkhu hendaknya puas dengan apa yang telah diperolehnya, dan jangan iri hati terhadap apa yang diperoleh orang lain. Seorang bhikkhu yang penuh dengan kecemburuan pada perolehan bhikkhu lain tidak akan mencapai pemusatan batin dan pandangan terang, atau jalan menuju ‘Kebebasan Mutlak’ (nibbana). Hanya bhikkhu yang puas dengan apa yang telah ia peroleh akan mendapatkan pemusatan pikiran, pandangan terang, dan jalan menuju ‘Kebebasan Mutlak’.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 365 dan 366 berikut: Hendaklah ia tidak mencela apa yang telah ia peroleh, juga hendaklah ia tidak merasa iri terhadapapa yang telah diperoleh orang lain. Seorang bhikkhu yang merasa iri terhadapapa yang diperoleh orang lain, tidak akan dapat mencapai perkembangan dalam semadi.
Walaupun hanya memperoleh sedikit, tetapi apabila seseorang bhikkhu tidak mencela apa yang telah diperolehnya, maka para dewapun akan memuji orang seperti itu, yang memiliki kehidupan bersih serta tidak malas.
0 Komentar:
Posting Komentar