Suatu saat murid-murid dari seorang thera bertanya kepadanya, apakah dia telah mencapai tingkat ‘Jalan Kesucian’ (magga); tetapi sang thera tidak berkata apa-apa meskipun dia telah mencapai ‘Jalan Kesucian Anagami’ (anagami magga), magga ketiga. Dia berdiam diri karena dia memutuskan untuk tidak membicarakan tentang pencapaiannya hingga dia mencapai tingkat kesucian arahat.
Tetapi sang thera meninggal dunia sebelum mencapai tingkat kesucian arahat, dan juga tidak berkata sesuatupun tentang pencapaian anagami magganya. Murid-muridnya berpikir guru mereka meninggal dunia tanpa mencapai tingkat magga dan mereka merasa menyesalinya. Mereka pergi menghadap Sang Buddha dan bertanya di mana guru mereka dilahirkan kembali.
Sang Buddha menjawab, “Para bhikkhu! Gurumu telah mencapai anagami magga sebelum meninggal dunia, sekarang dia lahir kembali di alam brahma (Suddhavassa Brahmaloka). Dia tidak menyatakan pencapaian anagami magganya karena merasa malu bahwa dia hanya mencapai itu, dan dia berusaha keras mencapai tingkat kesucian arahat. Gurumu sekarang telah bebas dari kemelekatan kesenangan duniawi ( kamaloka) dan pasti akan meningkat pada keadaan yang lebih tinggi.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 218 berikut: Barang siapa bermaksud ingin mencapai ‘Yang Tak Dinyatakan’ (nibbana), yang batinnya tidak lagi terikat oleh kesenangan indria, orang seperti itu disebut “yang telah pergi ke hilir arus kehidupan”.
Para bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Tetapi sang thera meninggal dunia sebelum mencapai tingkat kesucian arahat, dan juga tidak berkata sesuatupun tentang pencapaian anagami magganya. Murid-muridnya berpikir guru mereka meninggal dunia tanpa mencapai tingkat magga dan mereka merasa menyesalinya. Mereka pergi menghadap Sang Buddha dan bertanya di mana guru mereka dilahirkan kembali.
Sang Buddha menjawab, “Para bhikkhu! Gurumu telah mencapai anagami magga sebelum meninggal dunia, sekarang dia lahir kembali di alam brahma (Suddhavassa Brahmaloka). Dia tidak menyatakan pencapaian anagami magganya karena merasa malu bahwa dia hanya mencapai itu, dan dia berusaha keras mencapai tingkat kesucian arahat. Gurumu sekarang telah bebas dari kemelekatan kesenangan duniawi ( kamaloka) dan pasti akan meningkat pada keadaan yang lebih tinggi.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 218 berikut: Barang siapa bermaksud ingin mencapai ‘Yang Tak Dinyatakan’ (nibbana), yang batinnya tidak lagi terikat oleh kesenangan indria, orang seperti itu disebut “yang telah pergi ke hilir arus kehidupan”.
Para bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
0 Komentar:
Posting Komentar