Pada suatu hari festival, Sang Buddha memasuki kota Vesali ditemani oleh serombongan bhikkhu. Di perjalanan, mereka bertemu beberapa Pangeran Licchavi yang mengenakan pakaian bagus.
Sang Buddha melihat mereka penuh dengan tanda-tanda kebesaran, berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu, siapa saja yang tidak pernah ke alam Dewa Tavatimsa seharusnya melihat pangeran-pangeran Licchavi ini.” Pangeran-pangeran itu menuju ke taman yang indah. Di sana mereka bertengkar perihal seorang pelacur dan pertengkaran itu menjadi perkelahian. Sebagai hasilnya beberapa dari mereka berdarah dan dibawa pulang. Ketika Sang Buddha bersama para bhikkhu berjalan pulang setelah bersantap di kota, mereka melihat pangeran yang luka-luka dibawa pulang ke rumahnya.
Berkaitan dengan kejadian tersebut para bhikkhu berkata, “Demi seorang wanita, pangeran-pangeran Licchavi ini bertengkar.” Kepada mereka, Sang Buddha menjelaskan, “Para bhikkhu, penderitaan dan ketakutan timbul dari kesenangan duniawi dan kemelekatan terhadapnya.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 214 berikut: Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
Sang Buddha melihat mereka penuh dengan tanda-tanda kebesaran, berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu, siapa saja yang tidak pernah ke alam Dewa Tavatimsa seharusnya melihat pangeran-pangeran Licchavi ini.” Pangeran-pangeran itu menuju ke taman yang indah. Di sana mereka bertengkar perihal seorang pelacur dan pertengkaran itu menjadi perkelahian. Sebagai hasilnya beberapa dari mereka berdarah dan dibawa pulang. Ketika Sang Buddha bersama para bhikkhu berjalan pulang setelah bersantap di kota, mereka melihat pangeran yang luka-luka dibawa pulang ke rumahnya.
Berkaitan dengan kejadian tersebut para bhikkhu berkata, “Demi seorang wanita, pangeran-pangeran Licchavi ini bertengkar.” Kepada mereka, Sang Buddha menjelaskan, “Para bhikkhu, penderitaan dan ketakutan timbul dari kesenangan duniawi dan kemelekatan terhadapnya.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 214 berikut: Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
0 Komentar:
Posting Komentar