Bhikkhu Hatthaka mempunyai kebiasaan menantang para pertapa bukan pengikut Sang Buddha agar menjumpainya di suatu tempat tertentu untuk berdebat mengenai masalah-masalah keagamaan. Kemudian ia akan pergi seorang diri ke tempat yang telah dijanjikan.
Jika tak seorangpun muncul ia akan membual, “Lihat, pertapa-pertapa pengembara itu tidak berani menjumpaiku, mereka telah kukalahkan!”, dan hal-hal semacam lainnya. Sang Buddha memanggil Hatthaka, dan berkata, “Bhikkhu! mengapa engkau bertingkah laku demikian? Orang yang mengatakan hal-hal semacam itu tidak dapat menjadi seorang samana meskipun kepalanya gundul. Hanya orang yang telah menyingkirkan semua kejahatan dari dirinya yang dapat disebut seorang samana.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 264 dn 265 berikut ini: Seseorang yang tidak memiliki disiplin dan suka berdusta tidak dapat disebut seorang pertapa (samana) walaupun ia berkepala gundul. Mana mungkin orang yang penuh dengan keinginan serta keserakahan dapat menjadi seorang samana?
Jika tak seorangpun muncul ia akan membual, “Lihat, pertapa-pertapa pengembara itu tidak berani menjumpaiku, mereka telah kukalahkan!”, dan hal-hal semacam lainnya. Sang Buddha memanggil Hatthaka, dan berkata, “Bhikkhu! mengapa engkau bertingkah laku demikian? Orang yang mengatakan hal-hal semacam itu tidak dapat menjadi seorang samana meskipun kepalanya gundul. Hanya orang yang telah menyingkirkan semua kejahatan dari dirinya yang dapat disebut seorang samana.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 264 dn 265 berikut ini: Seseorang yang tidak memiliki disiplin dan suka berdusta tidak dapat disebut seorang pertapa (samana) walaupun ia berkepala gundul. Mana mungkin orang yang penuh dengan keinginan serta keserakahan dapat menjadi seorang samana?
Barang siapa dapat mengalahkan semua kejahatan, baik yang kecil maupun yang besar, ia patut disebut seorang samana karena ia telah mengatasi semua kejahatan.
0 Komentar:
Posting Komentar