Kamis, 27 Desember 2012

Dhammapada XIII : 176 - Kisah Cincamanavika

 on  with No comments 
In ,  
Pada saat Sang Buddha pergi mengajarkan Dhamma, banyak orang datang berduyun-duyun kepada-Nya. Pertapa keyakinan lain mengetahui bahwa para pengikut mereka menjadi berkurang. Mereka menjadi sangat marah, sehingga mereka membuat sebuah rencana yang akan merusak nama baik Sang Buddha.

Mereka memanggil Cincamanavika yang sangat cantik, murid kesayangan mereka, dan berkata kepadanya, “Jika dalam hatimu terdapat keyakinan pada kami, tolonglah kami. Buatlah Samana Gotama menjadi malu.” Cincamanavika menyetujui untuk melaksanakan.

Pada malam itu, dia mengambil beberapa bunga dan pergi berkunjung ke Vihara Jetavana. Ketika orang-orang bertanya padanya kemana dia akan pergi, dia menjawab, “Apa gunanya kalian tahu kemana saya akan pergi?” Dia lalu bermalam di tempat para pertapa lain yang berada dekat Vihara Jetavana, dan dia akan kembali pagi-pagi sekali agar kelihatan bahwa dia telah bermalam di Vihara Jetavana. Ketika ditanya, dia akan menjawab, “Saya menghabiskan malam hari dengan Samana Gotama di kamar yang harum di Vihara Jetavana.”

Setelah lewat tiga atau empat bulan, dia membungkus perutnya dengan kain agar dia kelihatan hamil. Setelah delapan atau sembilan bulan, dia membungkus perutnya dengan memasukkan papan kayu tipis ke dalamnya; ia juga memukuli paha dan kakinya agar kelihatan bengkak; ia juga pura-pura merasa lelah dan lesu. Dengan demikian, ia menggambarkan seorang wanita hamil yang sungguh-sungguh dalam kehamilan besar.

Kemudian, pada malamnya, ia pergi ke Vihara Jetavana untuk menghadap Sang Buddha. Sang Buddha sedang menjelaskan Dhamma kepada sekumpulan bhikkhu dan umat awam.

Melihat Beliau mengajar di atas mimbar, ia menuduh Sang Buddha demikian: ” O…, kamu Samana besar! Kamu hanya berkhotbah kepada orang lain. Saya sekarang hamil karena kamu, dan kamu tidak melakukan apa-apa untuk persalinan saya. Kamu hanya tahu bagaimana menyenangkan dirimu sendiri!”

Sang Buddha menghentikan khotbahnya untuk sementara dan berkata kepadanya, “Saudari, hanya kamu dan saya yang tahu, apakah kamu berkata yang sebenarnya atau tidak,” dan Cincamanavika menjawab, “Ya, kamu benar, bagaimana orang lain tahu apa yang hanya kamu dan saya ketahui?” Pada saat itu juga, Sakka, raja para dewa, mengetahui masalah yang terjadi di Vihara Jetavana, sehingga ia mengirim empat orang dewanya dalam bentuk tikus-tikus besar.

Keempat ekor tikus tersebut pergi ke bawah pakaian Cincamanavika dan menggigit putus benang yang mengikat erat papan kayu di sekeliling perutnya. Pada saat benang tersebut putus, papan kayu terjatuh, memotong bagian depan kakinya. Akhirnya, tipu muslihat Cincamanavika terbongkar, dan banyak orang yang berkerumun berteriak dengan marah, “Oh kamu perempuan jahat! Seorang pembohong dan penipu! Beraninya kamu menuduh Guru Agung kami!” Beberapa dari mereka meludahinya dan menggiringnya keluar. Ia lari secepat yang ia bisa, dan ketika ia telah pergi agak jauh, bumi terbelah dan retak, ia tertelan masuk ke dalam bumi.

Pada hari berikutnya, ketika para bhikkhu sedang membicarakan tentang Cincamanavika, Sang Buddha mendekati mereka dan berkata, “Para bhikkhu, seseorang yang tidak takut untuk berkata bohong, dan seseorang yang tidak perduli apa yang akan terjadi pada kehidupan yang akan datang, tidak akan ragu-ragu untuk berbuat jahat.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 176 berikut: Orang yang melanggar salah satu Dhamma (sila keempat, yakni selalu berkata bohong), yang tidak memperdulikan dunia mendatang, maka tak ada kejahatan yang tidak dilakukannya.
Share:

0 Komentar:

Posting Komentar