Jumat, 28 Desember 2012

Dhammapada XI : 153 & 154 - Kata-kata Kebahagiaan Sang Buddha

 on  with No comments 
In ,  
Pangeran Siddhatta, dari keluarga Gotama, anak dari Raja Suddhodana dan Ratu Maya dari kerajaan suku Sakya, meninggalkan keduniawian pada usia 29 tahun dan menjadi pertapa untuk mencari Kebenaran (Dhamma). Selama 6 tahun Beliau mengembara di lembah Gangga, menemui pemimpin-pemimpin agama yang terkenal untuk belajar doktrin dan metode mereka. Beliau hidup sangat sederhana dan secara ketat menjalani peraturan pertapaan yang keras; tetapi Beliau mendapatkan bahwa semua latihan itu tidak berdasar dan tidak bermanfaat.

Beliau memutuskan untuk menemukan Kebenaran dengan caranya sendiri. Dengan menghindari dua jalan ekstrim (pemuasan kenikmatan yang berlebihan dan penyiksaan diri), Beliau menemukan ‘Jalan Tengah’ yang membawa menuju kebebasan mutlak, Nibbana. Jalan Tengah (Majjhimapatipada) ini adalah Jalan Mulia Berfaktor Delapan, yaitu : Pengertian Benar, Pikiran Benar, Perkataan Benar, Perbuatan Benar, Mata Pencarian Benar, Daya Upaya Benar, Kesadaran Benar, dan Konsentrasi Benar. Pada suatu malam duduk di bawah pohon Bodhi, di tepi sungai Neranjara, Pertapa Siddhattha Gotama mencapai `Penerangan Sempurna` (Bodhi-nana atau Sabbannuta-nana) pada usia 35 tahun.

Pada saat malam jaga pertama, Siddhattha mencapai kemampuan batin mengetahui kelahiran-kelahirannya-Nya sendiri yang lampau (Pubbenivasanussati-nana). Pada saat malam jaga kedua, Beliau mencapai kemampuan batin pengetahuan penglihatan tembus (Dibbacakkhu-nana). Kemudian pada malam jaga ketiga, Beliau memahami hukum sebab akibat yang saling bergantungan (Paticcasamuppada) dalam hal kemunculan (Anuloma) demikian pula pengakhiran (Patiloma). Menjelang fajar, Siddhattha Gotama dengan kemampuan akal-budinya, dan pandangannya yang terang mampu menembus pengetahuan `Empat Kebenaran Mulia`.

Empat Kebenaran Mulia adalah :
1. kebenaran mulia tentang penderitaan (Dukkha Ariya Sacca),
2. kebenaran mulia tentang asal mula penderitaan (Dukkha Samudaya Ariya Sacca),
3. kebenaran mulia tentang akhir penderitaan (Dukkha Nirodha Ariya Sacca), dan
4. kebenaran mulia tentang jalan menuju akhir penderitaan (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariya Sacca).

Tercapai juga dalam diri Beliau, dengan segala kemurniannya, pengetahuan tentang keberadaan `kebenaran mulia` (Sacca-nana), pengetahuan tentang perlakuan yang diharapkan terhadap `kebenaran mulia` itu (Kicca-nana) dan pengetahuan tentang telah dipenuhinya perlakuan yang diharapkan terhadap `kebenaran mulia` itu (Kata-nana), dengan demikian Beliau mencapai `Sabbannuta-nana` (Bodhi-nana) dari seorang Buddha.

Sejak saat itu Beliau dikenal sebagai Buddha Gotama. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa ketika Empat Kebenaran Mulia, dengan tiga aspek tersebut di atas (jadi keseluruhan ada 12 cara) telah benar-benar jelas bagi Beliau, barulah Sang Buddha mengumumkan kepada umat manusia, para dewa dan para brahma, bahwa beliau telah mencapai Penerangan Sempurna, dan menjadi seorang Buddha.

Pada saat pencapaian tingkat ke-Buddha-an, Beliau membabarkan syair 153 dan 154 berikut ini: Melalui banyak kelahiran dalam samsara, aku mencari pembuat rumah (tubuh) ini yang belum dapat ditemukan (karena belum mencapai Penerangan Sempurna). Kelahiran yang berulang-ulang sungguh adalah penderitaan.

O, pembuat rumah (nafsu keinginan/tanha)! Engkau telah terlihat, engkau tak dapat membangun rumah lagi. Seluruh kerangkamu (noda batin) telah runtuh, atapmu (kebodohan) telah hancur. Batinku telah mencapai mencapai keadaan tak bersyarat (Nibbana), tercapailah akhir daripada nafsu keinginan.
Share:

0 Komentar:

Posting Komentar