Uttara Theri yang berusia 120 tahun, pada suatu hari ia berjalan kembali dari berpindapatta. Ia bertemu dengan seorang bhikkhu, dan memohon bhikkhu itu untuk menerima persembahan dana makanannya. Tanpa pertimbangan bhikkhu tersebut menerima semua dana makanannya, sehingga Uttara harus pergi tanpa membawa makanan sedikitpun.
Hal yang sama terjadi dua hari berikutnya, sehingga selama tiga hari berturut-turut Uttara Theri tidak makan dan tubuhnya sangat lemas. Pada hari keempat, ketika ia dalam perjalanan perpindapatta, ia bertemu dengan Sang Buddha di jalan yang sempit. Ia memberi hormat kepada Beliau, kemudian berjalan mundur, secara tidak sengaja ia menginjak jubahnya sendiri dan kemudian terjatuh ke tanah dan kepalanya terluka.
Sang Buddha mendekati Uttara dan berkata, “Tubuhmu telah menjadi sangat tua dan lemah, akan segera hancur dan binasa.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 148 berikut: Tubuh ini benar-benar rapuh, sarang penyakit dan mudah membusuk. Tumpukan yang menjijikkan ini akan hancur berkeping-keping. Sesungguhnya, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian.
Hal yang sama terjadi dua hari berikutnya, sehingga selama tiga hari berturut-turut Uttara Theri tidak makan dan tubuhnya sangat lemas. Pada hari keempat, ketika ia dalam perjalanan perpindapatta, ia bertemu dengan Sang Buddha di jalan yang sempit. Ia memberi hormat kepada Beliau, kemudian berjalan mundur, secara tidak sengaja ia menginjak jubahnya sendiri dan kemudian terjatuh ke tanah dan kepalanya terluka.
Sang Buddha mendekati Uttara dan berkata, “Tubuhmu telah menjadi sangat tua dan lemah, akan segera hancur dan binasa.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 148 berikut: Tubuh ini benar-benar rapuh, sarang penyakit dan mudah membusuk. Tumpukan yang menjijikkan ini akan hancur berkeping-keping. Sesungguhnya, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian.
0 Komentar:
Posting Komentar