Suatu hari, seorang brahmana berpikir sendiri, “Buddha Gotama menyebut para pengikutnya dengan ‘brahmana’. Saya adalah seorang brahmana jika dilihat dari kasta saya. Tidakkah saya juga disebut seorang brahmana ?” Setelah berpikir, ia pergi menemui Sang Buddha dan mengutarakan pendapat tersebut. Kepadanya, Sang Buddha menjawab, “Aku tidak menyebut seseorang sebagai brahmana karena kastanya. Aku hanya menyebut seseorang sebagai brahmana jika ia telah mencapai tingkat kesucian arahat.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 386 berikut: Seseorang yang tekun bersamadi, bebas dari noda, tenang, telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan, bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir (nibbana), maka ia Kusebut seorang brahmana.
Brahmana mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 386 berikut: Seseorang yang tekun bersamadi, bebas dari noda, tenang, telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan, bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir (nibbana), maka ia Kusebut seorang brahmana.
Brahmana mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
0 Komentar:
Posting Komentar