Oleh Ajahn Brahm
Dua bhikkhu Thai yang dihormati ke rumah seorang umat untuk menerima persembahan dana makanan pagi. Di ruang tamu, tempat mereka menunggu, terdapat sebuah akuarium berisi berbagai jenis ikan hias. Bhikkhu yang lebih muda mengadukan bahwa memelihara ikan di akuarium itu bertentangan dengan prinsip Buddhis mengenai belas kasih. Itu bagaikan memenjara mereka.
Apa sih yang telah diperbuat oleh ikan-ikan itu sehingga mereka harus dikurung dalam penjara tembok kaca? Mereka semestinya bebas berenang di sungai atau di danau, bebas pergi ke mana pun mereka suka. Bhikkhu yang kedua tidak setuju. Memang benar, dia mengakui, bahwa ikan-ikan itu tidak bebas menuruti kehendaknya, tetapi hidup dalam akuarium membebaskan mereka dari begitu banyak marabahaya. Lalu dia menguraikan daftar kebebasan mereka.
- Pernahkah Anda melihat orang memancing ikan di akuarium di rumah seseorang? Tidak! Jadi, kebebasan pertama bagi ikan-ikan dalam akuarium adalah bebas dari ancaman para pemancing. Bayangkan apa jadinya bagi ikan di alam bebas, ketika melihat seekor cacing lezat atau seekor lalat sedap, mereka tidak pernah yakin apakah itu aman dimakan atau tidak.
Mereka, tidak diragukan lagi, telah menyaksikan banyak teman dan kerabat mereka mencaplok seekor cacing yang tampak lezat, dan tiba-tiba lenyap dari pandangan mereka untuk selamanya. Bagi ikan di alam bebas, kegiatan makan itu penuh ancaman bahaya dan sering berakhir dalam tragedi. Makan malam bisa menjadi traumatik.
Ikan di alam bebas bisa-bisa menderita gangguan pencernaan kronis karena hilangnya nafsu makan, dan ikan yang paranoid bisa dipastikan akan mati kelaparan. Ikan di alam bebas mungkin saja menderita tekanan batin, tetapi ikan di akuarium terbebas dari bahaya semacam ini. - Ikan di alam bebas juga harus mencemaskan ancaman ikan lebih besar yang akan memangsa mereka. Dewasa ini, di beberapa sungai yang rusuh, para ikan tidak lagi merasa aman untuk keluyuran pada malam hari! Akan tetapi, tidak ada pemilik akuarium yang akan mengisi akuariumnya dengan jenis ikan yang akan memangsa ikan lainnya. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ikan kanibal.
- Dalam daur alaminya, ikan di alam bebas kadang tidak memperoleh makanan. Namun bagi ikan di akuarium hidup itu bagai tinggal di sebuah restoran. Dua kali sehari, makanan bergizi diantarkan ke depan pintu mereka, bahkan lebih nyaman daripada jasa pesan-antar pizza, karena mereka tidak perlu membayar. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kelaparan.
- Selama perubahan musim, sungai dan danau mengalami perubahan suhu yang ekstrem. Sungai dan danau menjadi sangat dingin pada musim dingin, sampai permukaannya tertutupi es. Pada musim panas, air bisa menjadi terlalu hangat untuk ikan, kadang bahkan sampai mengering. Namun, ikan dalam akuarium memiliki sistem pengaturan udara dan suhu. Suhu air dalam akuarium terjaga baik dan nyaman, sepanjang hari sepanjang tahun. Jadi ikan dalam akuarium, terbebas dari bahaya kedinginan dan kepanasan.
- Di alam bebas, bila seekor ikan jatuh sakit, tidak ada yang akan merawatnya. Namun, ikan dalam akuarium punya asuransi kesehatan gratis. Pemiliknya akan memanggil dokter ikan untuk datang ke rumah kapan pun ada ikan yang sakit; mereka bahkan tidak harus pergi sendiri ke klinik. Jadi ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ketiadaan perlindungan kesehatan.
Bhikkhu yang lebih senior melanjutkan penjelasannya bahwa itu sama seperti orang-orang yang hidup dalam kehidupan yang bajik. Benar, mereka tidak bebas mengikuti nafsunya dan seenaknya ke sana ke mari, namun mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan.
Jenis kebebasan manakah yang Anda sukai?
Sumber:
Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
108 Cerita Pembuka Pintu Hati
Oleh Ajahn Brahm
0 Komentar:
Posting Komentar